Friday, April 20, 2018

Short Story: "Women and Teak Tree"

Cerita Pendek:
"Perempuan dan Pohon Jati"

Oleh: Emil E. Elip



Sudah hampir sepuluh purnama ini dia selalu berlari mencari pohon-pohon jati yang diceritakan oleh kakek-nenek buyutnya ketika mereka masih hidup. Cerita itu begitu indah terdengar ditelinganya yang kecil, ketika dia masih kanak-kanak, sambil berbaring-baring dipangkuan neneknya atau ketika pergi digandeng kakeknya ke kebun. Dalam temaram lampu sentir dan suara jangkerik malam sehabis mahrib, atau ketika angin kebun bersemilir lembut sambil mencabuti ketela-ketela pohon di siang hari yang terik, cerita tentang jajaran pohon jati di kampungnya begitu mempesona.

Sunday, April 15, 2018

Who The Next After Jokowidodo

Masalah "Kepemimpinan" di Indonesia Di Masa Datang
[Pasca Kepemimpinan Joko Widodo)

oleh: Emil E. Elip

Indonesia sejak Januari 2018 lalu, mulai sibuk memperbincangkan Pemilihan Presiden Tahun 2019. Mengamati perbincangan dan perdebatan di media massa baik media cetak maupun televisi, saya teringat memang benar kata Gus Dur (Abdurahman Wahid), bahwa hiruk pikuk perpolitikan Indonesia mirip "dagang sapi". Mirip pasar bursa jual-beli barang. Ada yang menawar tinggi, ada yang menyangsikannya. Sebagian kelompok politik pasang muka cuek dan merasa jual mahal, sementara yang lain tidak mematok harga. Bahkan ada yang berkoar-koar perang harga, sampai-sampai tega menghujat negara sendiri, bahwa Indonesia akan "bubar" pada tahun 2030.

Terus terang saya "jijik" membaca berita-berita soal Pemilu Presiden ini di media masa, apalagi di televisi. Berita-beritanya bombastis, sungguh tidak mendidik, tidak elegan. Media televisi, tak terkecuali, jadi arena "dagang sapi" perpolitikan dan bursa calon presiden dan wakil presiden. Cara mereka men-setting diskusi di televisi sungguh hanya menjadi arena debat kusir yang tidak membawa nuansa baru pembangunan budaya politik di Indonesia. Para pengelola televisi terjebak, bahwa jika diskusinya menuju saling debat dan hujat, seakan-akan ratting acara menjadi naik dan bagus, padahal sama sekali tidak ada isinya dalam pembaharuan wacana analisis politik.

Sunday, April 8, 2018

Prune Customary Young Merirage in Lombok



Pohon Perkawinan:

“Memangkas Adat Perkawinan Usia Dini”

(Desa Dasan Tapen, Kec. Gerung, Lombok Barat)

Oleh: Emil E. Elip

Sejak Kepala Desa Tapen menerapkan kebijakan desa “Pohon Perkawinan” untuk setiap pasangan yang akan kawin pada tahun 2014, perkawinan usia dini didesa ini cenderung menurun dari tahun ke tahun. Tahun 2017 angka pasangan perkawinan usia dini adalah “zero”. Dampanya cukup meluas....

Desa Tapen
Desa Tapen tipikal desa dataran dengan dominasi areal pertanian sawah dan palawija. Letaknya kira-kira di pinggiran Kec. Gerung, dimana kecamatan ini merupakan Ibu Kota dari Kab. Lombok Barat. Luas Desa Tapen + 20,11 Km2, dengan jumlah KK sekitar 1.734 KK, total penduduknya sekitar 7.000 jiwa. Desa ini terdiri atas 7 dusun, sebagian besar penduduknya adalah muslim dengan mata pencaharian terbesar yaitu petani palawija.

Kantor Desa Dasan Tapen (Dok. Elip-GSC)